Review Buku Yellowface karya R.F. Kuang: Kisah Kelam Tentang Kepemilikan, Etnisitas, dan Ambisi
Review Buku Yellowface karya R.F. Kuang: Kisah Kelam Tentang Kepemilikan, Etnisitas, dan Ambisi (Foto: Gramedia) |
BUDAYABACAONLINE.MY.ID - R.F. Kuang, yang dikenal lewat karya-karya bestseller seperti The Poppy War, The Dragon Republic, dan The Burning God, kembali menyajikan sebuah novel yang berbeda namun tetap memikat, yaitu Yellowface.
Novel ini mengeksplorasi tema yang sangat relevan dengan dunia literasi saat ini, yakni tentang kepemilikan budaya, persaingan dalam dunia kreatif, serta isu-isu etnisitas yang memanas. Melalui kisah June Hayward dan Athena Liu, Kuang berhasil menyuguhkan sebuah cerita yang kompleks, penuh ketegangan, dan tak mudah dilupakan.
Sinopsis Singkat
June Hayward dan Athena Liu adalah dua penulis dengan latar belakang yang sangat berbeda. Athena, seorang wanita keturunan Asia, telah menjadi salah satu bintang paling bersinar di dunia sastra, sementara June, yang berkulit putih, merasa kariernya terabaikan dan tidak ada yang tertarik dengan karyanya.
Segala berubah ketika Athena mendadak meninggal dalam sebuah kecelakaan yang tragis. Dalam keputusasaannya, June mencuri manuskrip Athena yang belum diterbitkan dan menyerahkannya sebagai karyanya sendiri. Tak disangka, novel tersebut meraih kesuksesan besar, dan penerbit mulai membentuk citra baru bagi June, yang kini hidup di bawah bayang-bayang kesuksesan palsu.
Namun, June tidak bisa sepenuhnya lolos dari bayangan Athena. Bukti-bukti mulai bermunculan, mengancam kariernya yang baru ditemukan. Dalam ketakutannya, June mencoba menutupi jejaknya, tetapi semakin ia berusaha, semakin dalam ia terjebak. Ini adalah kisah tentang seberapa jauh seseorang rela melangkah untuk mempertahankan apa yang dianggap layak dimilikinya, sekaligus kritik tajam terhadap isu identitas dan budaya dalam dunia penerbitan modern.
Tema dan Kritik Sosial
Salah satu aspek yang paling menonjol dalam Yellowface adalah kritiknya terhadap appropriasi budaya dan masalah etnisitas. Melalui karakter June, Kuang menyoroti bagaimana seorang penulis kulit putih mencuri karya dari seorang penulis keturunan Asia dan menuai keuntungan dari kerja keras yang bukan miliknya.
Novel ini menggambarkan dengan tajam bagaimana ketidakadilan rasial masih mewarnai dunia seni dan sastra. June, dengan keputusasaannya untuk berhasil, tidak hanya mengambil karya Athena, tetapi juga mengadopsi identitas etnis yang ambigu untuk menciptakan citra baru di mata publik. Ini mencerminkan bagaimana dalam dunia nyata, identitas dan budaya sering kali dieksploitasi untuk keuntungan komersial.
R.F. Kuang tidak hanya mengangkat isu rasial dan appropriasi budaya, tetapi juga menyinggung kekejaman industri penerbitan. Melalui kisah ini, ia mengkritik bagaimana penerbit dan media lebih tertarik pada kisah-kisah yang menjual, dan kadang-kadang, tidak peduli dari mana kisah itu berasal atau siapa yang benar-benar layak mendapatkan pengakuan. Ini menjadi pengingat pahit bahwa di balik dunia sastra yang tampak anggun, ada persaingan yang kejam, keserakahan, dan manipulasi.
Karakterisasi yang Kuat
June Hayward adalah protagonis yang kompleks. Meskipun pada awalnya pembaca mungkin merasa simpati terhadap kegagalan dan perjuangannya sebagai penulis yang terpinggirkan, tindakan kriminalnya segera mengubah pandangan itu.
Kuang menulis karakter June dengan sangat detail, sehingga kita dapat melihat transformasinya dari seseorang yang tidak berdaya menjadi sosok yang ambisius, serakah, dan siap mengorbankan apa saja demi kesuksesan.
Di sisi lain, meskipun Athena tidak banyak muncul dalam cerita karena kematiannya yang cepat, sosoknya tetap terasa kuat. Athena menjadi semacam bayangan yang menghantui June, baik secara fisik maupun emosional, yang menambah intensitas drama psikologis dalam novel ini.
Genre dan Gaya Penulisan
Yellowface adalah perpaduan berbagai genre: thriller psikologis, satire sosial, dan drama literasi. Dengan cerdik, Kuang membangun ketegangan yang terus meningkat seiring dengan terkuaknya kebohongan June. Sementara itu, elemen satire yang tajam memaparkan absurditas dan kegilaan dalam dunia penerbitan modern, di mana isu-isu sosial dijadikan komoditas.
Gaya penulisan Kuang dalam novel ini terasa lebih modern dan langsung dibandingkan trilogi The Poppy War. Ia berhasil menangkap suasana paranoid dan kecemasan yang dihadapi June, serta memberikan komentar kritis terhadap fenomena budaya saat ini. Dengan narasi yang cepat dan penuh konflik, novel ini benar-benar sulit untuk diletakkan.
Review dari Kritikus Terkenal
Tidak mengherankan jika Yellowface mendapatkan ulasan positif dari para kritikus ternama. Stephen King, sang maestro horor, memuji novel ini sebagai bacaan yang "sulit diletakkan dan sulit dilupakan." Novel ini berhasil menggabungkan unsur kriminal, satire, horor, dan paranoia menjadi sebuah cerita yang unik dan mendalam.
Sementara itu, New York Times Book Review menyebut novel ini "sangat memuaskan" dan "adiktif." Novel ini berhasil menarik perhatian berkat caranya yang cerdas dalam mengangkat isu-isu berat seperti rasialisme dan kepemilikan budaya, tanpa kehilangan elemen hiburan yang membuat pembaca terus ingin mengetahui akhir kisah June.
Kesimpulan: Sebuah Bacaan yang Menggugah
Yellowface bukan hanya sebuah cerita tentang pencurian karya sastra, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang isu-isu yang dihadapi dunia sastra dan masyarakat modern. Lewat karakter June Hayward dan Athena Liu, R.F. Kuang berhasil mengeksplorasi tema ambisi, etnisitas, identitas, dan keadilan, sambil mempertahankan ketegangan yang membuat pembaca terus terpaku.
Buku ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga memberikan ruang untuk merenung tentang moralitas, keserakahan, dan batas-batas yang sering kali dilewati demi kesuksesan.
Jika Anda mencari sebuah novel yang memancing pemikiran sekaligus penuh dengan ketegangan dan intrik, Yellowface adalah bacaan yang wajib untuk dipertimbangkan.
Post a Comment
0 Comments